LEBIH BERHARGA DARI EMAS
Sama seperti hari-hari sebelumnya, hari inipun aku
harus bangun pukul 5 pagi untuk segera menyiapkan diriku berangkat ke kampus
dan begitulah seterusnya untuk kurang lebih dua tahun yang akan datang. Masuk
ke salah satu universitas di Jakartadan mengambil jurusan ekonomi memang
menjadi prioritasku sejak mulai duduk di bangku SMA maka tidak ada alasan
bagiku untuk menyia-nyiakan waktu pagi ini untuk bisa cepat sampai di kampus
dan menikmati segala hal yang berhubungan dengan ekonomi hari ini.
Tiiiiiin..... suara klakson itu mengagetkanku yang terlalu serius menunggu bus
karena aku tidak mau sampai tertinggal bus menuju kampus seperti kemarin.
Dengan wajah sedikit jutek kuarahkan wajahku ke sumber suara klakson tersebut
“pagi Renaaa , kok ngelamun dipinggir jalan sih?”
sapa Reza
“Emang gue ngga
ada kerjaan pagi-pagi gini ngelamun?” jawabku sedikit ketus
“Yaampun ngga usah marah dong , kan gue nyapa
baik-baik.. bareng aja yuk berangkatnya sama gue daripada nanti lo telat ke
kampus” ajaknya dan setelah kupikir-pikir omongan dia ada benernya jadi aku
terima ajakannya untuk naik di motornya karena kebetulan kampus kami searah.
Reza , cowok tinggi kurus yang usianya dua tahun
lebih tua dariku seorang mahasiswa jurusan komunikasi dan saat ini sedang sibuk
menyelesaikan skripsinya. Sebenarnya Reza cowok yang baik menurutku tapi
hal-hal berat yang terjadi dalam hidupnya yang membuatnya tidak terlihat
sebagai cowok yang baik mulai dari penampilannya yang sedikit acak-acakan
sampai gaya bicaranya yang kurang sopan. Setengah tahun aku kenal dia dan
karena dia orang yang cukup terbuka tentang masalah pribadinya , membuatku
cukup tau masalah yang membuat dia seperti sekarang bahkan dia ngga sungkan
untuk cerita masalah keluarga ataupun cinta pertamanya yang tidak pernah mau
dia sebut siapa namanya didepanku entah apa alasannya.
***
Dosen mata kuliah terakhir sudah
bergegas meninggalkan kelas dan itu artinya aku bisa terlepas dari segala
istilah-istilah perekonomian hari ini. Seperti biasa , hari ini aku pulang
bareng dengan ketiga sahabatku Manda, Aira dan Stella. Kami berempat sudah bersahabat
cukup lama yaitu sejak kami masuk ke SMA yang sama dan ternyata takdir
mempertemukan kami kembali, kami bisa masuk di universitas yang sama untuk
melanjutkan pendidikan kami tetapi dengan jurusan yang semuanya berbeda. Aku
mengambil jurusan ekonomi, Manda selalu bercita-cita suatu saat bisa tinggal di
London jadi dia memilih jurusan Sastra Inggris, Stella ingin sekali meneruskan
cita-cita ayahnya yang seorang pengacara tidak salah jika dia memilih jurusan
hukum, dan Aira yang sangat berbakat dalam menggambar , memilih jurusan
arsitektur.
“Tadi pagi aku liat kamu didepan gerbang kampus tapi
aku ngga sempet nyapa karena buru-buru masuk kelas, kamu bareng sama Reza?”
tanya Stella kepadaku
“Iya kebetulan tadi ketemu di jalan waktu lagi
nunggu bus” Jawabku datar
Aku tahu dari ketiga sahabatku tidak ada satupun
yang suka aku deket sama Reza bahkan untuk sekedar jadi teman biasa. Banyak
alasan yang bikin mereka ngga suka sama Reza , tapi aku selalu bilang kalo
hubungan aku dan Reza akan tetap hanya sebatas teman.
Hampir sampai di
rumahku, akhirnya ketiga sahabatku memutuskan untuk tidak langsung pulang
kerumah melainkan main dulu dirumahku. Rumahku memang selalu jadi tempat kami
ngumpul bahkan ngga jarang lupa waktu sampe malam dan kegiatan yang biasa kami
lakukan cuma ngobrol, curhat, ketawa ketiwi , nonton film dan kadang-kadang
ngerjain tugas bareng. Sebenarnya dulu kami punya satu sahabat lagi namanya Resti
tapi semenjak dia mulai pacaran sama cowok yang sudah bertahun-tahun disukainya,
dia mulai menjauh dari
kami karena seluruh waktu luang yang dia punya pasti cuma buat jalan-jalan,
nonton, dan makan sama cowoknya bahkan selalu bilang ngga ada waktu setiap kami
ajak ngumpul. Awalnya kami sempat marah dan kesal dengan perubahan sikap Resti
semenjak punya cowok tapi yaudah lah mungkin baginya waktu sama pacar itu lebih
berharga , ngga mungkin juga sampe harus maksa-maksa dia untuk sekedar ngumpul.
Belajar dari pengalaman itu, kami berjanji satu sama lain untuk tidak punya pacar
dulu sebelum kami meraih gelar sarjana kami dan sampai sekarang kami duduk di akhir
semester empat, janji itu masih kami pegang teguh.
“kamu bener ngga ada apa-apa sama Reza? walaupun dia
slengean tapi dia kan lumayan ganteng apalagi akhir-akhir ini kamu makin deket
sama dia, masa sih ngga ada perasaan apa-apa sama dia?” tanya Manda disaat kami
sedang asyik nonton film di kamarku
karena aku pikir ngga perlu untuk jawab pertanyaan
manda , jadi aku sama sekali ngga membuka mulutku untuk sekedar bilang iya atau
ngga.
“Renaa, ih gue kan nanya” sambungnya lagi
“haha, aku kan udah sering bilang kalo kita cuma
temenan aja . Dia bilang ngerasa nyaman kalo cerita sama aku jadinya dia sering
curhat-curhat gitu deh tapi cuma sebatas itu kok, tenang aja” jawabku
“Kalopun kamu suka sama cowo , please jangan Reza . tau
sendiri kan dia itu orangnya gimana , dia mantan pecandu juga jadi masih banyak
cowo lain yang lebih pantes untuk kamu taksir daripada reza” kata Stella
menyambung pembicaraan
“perpisahan orang tua dan masa lalu sama cinta
pertamanya yang bikin dia kaya gitu stell... lagian aku kan udah bilang kalo
aku sama sekali ngga nyimpen perasaan apa-apa” tegasku
***
Tiiin...tiiin.. suara klakson motor itu menandakan
Reza sudah menjemputku pagi ini . Sudah dua minggu sejak hari itu, setiap pagi
aku selalu berangkat ke kampus bareng sama Reza padahal aku ngga pernah
sekalipun minta dia untuk jemput kerumah karena sebelumnya aku juga selalu berangkat
sendiri naik bus ke kampus tapi aku juga tidak pernah menolak setiap Reza
ngajak aku berangkat bareng , dipikir-pikir lumayan juga aku jadi ngga pernah
telat lagi masuk kelas pagi.
“kamu perlu aku jemput juga ngga pulang kuliahnya?”
tanya Reza tiba-tiba ketika kami hampir sampai dikampusku
“mmh kamu ? hehe sejak kapan kita ngomong pake aku
kamu” ledekku
“sejak hari ini hehe yaudah gimana mau ngga kalo gue
jemput juga?” tanyanya lagi
“ngga usah za , gue ngga mau ngerepotin lo. Udah
diajak berangkat bareng aja udah alhamdulillah banget, pake mau dijemput segala
. entar pake tarif lagi hehe lagian gue juga mau bareng sama sahabat-sahabat
gue aja kalo pulang kuliah”jawabku
“oh gitu , yaudah ngga apa-apa kalo lo mau bareng
sama mereka” kata Reza dengan nada sedikit kecewa , kamipun berpisah karena
sekarang aku harus bergegas masuk kelas yang akan dimulai lima menit lagi
Hubunganku dengan Reza semakin dekat akhir-akhir ini
selain karena kami bertemu hampir setiap hari , Reza juga sudah mulai sering
memberikan perhatiannya kepadaku baik lewat sms atau langsung datang kerumah
cuma untuk nanya “udah makan apa belum”. Sebenarnya aku juga merasa mulai ada
perasaan yang berbeda untuk Reza karena ngga bohong kalo aku bener-bener
ngerasa nyaman deket dia. Awalnya aku pikir perasaan ini sebatas perasaan
seorang adik perempuan ke kakak laki-lakinya maklumlah aku anak pertama
dikeluargaku jadi aku selalu berharap bisa punya sosok laki-laki yang bisa
melindungiku tapi lama kelamaan perasaan ini makin kuat karena aku merasa
kehilangan kalo sehari aja dia ngga hubungin aku untuk sekedar kasih kabar.
Sebulan kemudian akhirnya Reza menembakku , aku bingung bukan main karena aku
harus menepati janjiku dengan Manda , Aira dan Stella tapi di lain sisi aku
tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku mulai sayang Reza.
“IYA” Jawaban yang akhirnya aku berikan untuk Reza setelah
menggantungnya selama empat hari. Aku senang karena sudah bisa jujur sama
perasaanku sendiri tapi aku belum sama sekali memberitahukan ini kepada
sahabat-sahabatku karena aku bingung kata-kata apa yang harus aku pakai untuk
jelasin ke mereka kalo aku dan Reza udah jadian padahal harusnya aku bisa
berbagi kebahagiaan dengan mereka semua.
Tiga bulan aku pacaran dengan Reza dan aku merasa
hubungan kami sangat baik tapi aku masih menyimpan rapat-rapat hubunganku
dengan Reza dari ketiga sahabatku itu, walaupun beberapa kali mereka sempat
meragukan kata-kataku yang selalu mengaku cuma sebatas teman curhat dengan
Reza. Jauh di dalam hatiku sebenarnya aku mau bilang sama mereka yang
sebenernya tapi aku masih malu kalo mereka semua tau aku tidak bisa menepati
janji yang sama-sama kami buat waktu itu.
***
Malam
minggu ini , aku dan ketiga sahabatku berjanji untuk ngumpul lagi dirumahku.
Memang hampir setiap malam minggu selalu kami habiskan berempat walaupun
beberapa bulan terakhir ini aku sudah punya pacar dan sebenarnya juga ingin
merasakan malam minggu sama Reza tapi aku ngga mau waktu aku dan
sahabat-sahabatku berkurang.
Jam dinding dirumahku sudah menujukkan pukul 19.00 ,
waktu yang kami rencanakan untuk berkumpul tapi belum satupun dari mereka yang
sampai dirumahku padahal aku sudah cepat-cepat merapikan kamar supaya mereka
bisa lebih nyaman. Setengah jam menunggu akhirnya Stella dan Aira datang.
“Loh kok Cuma berdua ? Manda mana ?” tanyaku heran
“emang dia ngga sms ? tadi aku jemput kerumahnya
tapi dia bilang maaf hari ini ngga bisa ikut main soalnya lagi pusing banget ,
dia juga bilang udah sms kamu kok ren” jawab Aira
“oh mungkin emang dia udah sms kali ya tapi belum
aku baca , emang sih dari tadi aku belum liat-liat handphone . Sibuk beresin
kamar hehe” kataku kemudian
“yah dasar” gumam Stella dan kami bertiga langsung
menuju kamarku
Tapi aneh , begitu aku cek handphone ngga ada
satupun sms masuk termasuk dari Manda. Mungkin pending karena sinyal
providernya kurang bagus , pikirku
Setelah dua jam nonton film horror koleksi
terbarunya Aira yang memang gila banget sama film horror , kami memutuskan
pergi keluar untuk membeli makan tapi karena diluar hujan aku pinjam mobil papa
agar kami bisa tetap pergi ke restoran favorit kami yang memang cukup jauh dari
rumahku. Setelah kurang lebih 20 menit melewati jalan raya yang basah karena
guyuran hujan , kamipun sampai di restoran favorit kami itu. Rasa lapar membuat
kami mempercepat langkah untuk masuk kedalam dan segera memesan makanan. Kami pun masuk sambil tertawa-tawa melihat
Stella yang sedang sibuk membersihkan kakinya yang kotor karena cipratan air
hujan tapi seketika tewa itu berhenti dan betapa kagetnya kami begitu melihat
pemandangan di salah satu sudut restoran. Manda tengah duduk sambil berpegangan
tangan dengan seorang cowok blasteran.
“aku ngga salah liat kan ? kalian juga liat kan ya
?” pertanyaan Stella mengalihkan perhatianku dari Manda
tak satupun dariku dan Aira yang memberikan jawaban
, Stella kelihatan sangat kesal dengan tingkah Manda dan benar saja tidak
berapa lama Stella berjalan menghampiri Manda.
“Yaampun kasian banget sahabatku tercinta yang lagi
pusing ini” ejek Stella dihadapan Manda dan cowok disebelahnya.
“ka..kalian disiniii juga?” jawab manda dengan suara
yang makin melemah
“Iya tadinya kita laper tapi sekarang udah kenyang
banget liat sahabatku yang lagi pusing ada disini” jawab Stella super jutek
yang langsung pergi menuju pintu keluar
Aira hanya bisa diam melihat kejadian itu , entah
karena Aira emang orang yang lumayan pendiam dan tertutup atau karena dia ngga
tau harus ngapain pas keadaannya lagi kaya gini. Dan aku Cuma bisa menutup
wajah sambil menahan airmata , perlahan kami berdua mengikuti langkah Stella
untuk menjauh dari Manda. Dari kejauhan terdengar suara Manda memanggilku dan
Aira tapi kami tak mengindahkannya dan tetap berjalan keluar.
“aku sama sekali ngga bermaksud ngga jujur dari
kalian , aku tau aku salah karena belum cerita kalo aku udah jadian sama Ivan
dua hari yang lalu dan harus bikin alesan konyol supaya ngga ikut ngumpul
dirumah rena dan bisa jalan sama Ivan . tapi itu bukan karena aku mau nyembunyiin
dari kalian, aku cuma masih bingung gimana caranya untuk bilang ke kalian”
Jelas Manda di perjalanan pulang dari kampus keesokan harinya
“kamu bilang kita semua sahabat tapi kenapa harus pake
ngga jujur kaya gini? Pake alasan sakit segala ! kita emang punya janji untuk
ngga pacaran sampe kita semua jadi sarjana tapi kita juga ngga mungkin tega
ngelarang kamu untuk pacaran kalo emang kamu nemuin cowok yang pas dan ngga
ngelupain kita gitu aja kaya sahabat kita sebelumnya” Jawab Stella
Rasanya aku bener-bener mau nangis dan teriak ke
Manda kalo aku lebih salah dari dia , Manda baru nyembunyiin hubungannya dengan
Ivan dua hari sedangkan aku sudah hampir empat bulaaan . aaarrrggghhh aku ngga
bisa bayangin gimana reaksi mereka kalo tau aku udah bohongin mereka selama
ini. Sekarang aku harus berani jujur sebelum mereka tahu sendiri dan makin
ngerasa dibohongin
“mmm, maaf ya sebelumnya boleh aku ngomong sesuatu
ke kalian?” tanyaku ragu dan merasa bibirku sangat sulit untuk bisa bicara
“maksudnya apa sih ren?” tanya aira
“tolong dengerin aku sebentar aja dan maaf aku baru
bisa jujur sekarang sama kalian..”
“to the point aja deh renaaa, kamu mau ngebelain
manda ?” tanya Stella kemudian sambil mengernyitkan dahi
“sebenernya aku..aku..tapi janji kalian akan maafin
gue”
“ngomong sekarang atau kita tinggal pulang dan ngga
ada kesempatan untuk kamu ngomong lagi” desak Stella
“sebenernya aku udah jadian sama Reza dan udah hampir
4 bulan ” jawabku setengah berteriak
“hmmmmhh” Terdengar tarik nafas panjang Stella , aku
melirik kearah manda terlihat senyum tipis di bibirnya mungkin karena dia
merasa ada pembohong yang lebih besar dari dia yaitu AKU ! Aku sudah siap banget
denger segala kalimat yang akan dikeluarkan Stella atau Aira , aku pasrah
denger semuanya walaupun mungkin kata-kata itu akan nyakitin.
“kenapa harus kaya gini rena , manda ??? dan kenapa
harus sama reza ?” tanya Stella sambil menahan kesal
Tanpa diduga dengan raut wajah yang tidak seperti
biasanya mungkin seperti menangis, Aira berlari terburu-buru ke sebrang jalan
sebelum ada satupun kata-kata yang keluar dari bibirnya. Sampai akhirnya
kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi...
Aira tergeletak , berlumuran darah , tidak sadarkan
diri . Aira tersambar mobil yang bergerak sangat cepat dari arah belakang dan
membuatnya terpental cukup jauh dari temaptnya semula. Aira harus dilarikan
kerumah sakit karena ia kehabisan darah dan saat ini aira koma. Persediaan
darah dirumah sakit habis , golongan darah Aira A dan tidak ada satupun dari
kami yang memliki golongan darah sama. Aku, Manda dan Stella menangis
sejadi-jadinya karena kami takut sesuatu yang fatal menimpa Aira. Stella
berusaha menghubungi kedua orangtua Aira yang sedang berada di Jambi dan aku
sibuk menghubungi Reza untuk memintanya datang kerumah sakit karena aku yakin
dia bisa membantu menenangkanku. Dalam waktu sekitar 15 menit Reza sudah sampai
dirumah sakit , waktu yang lebih cepat dari perkiraanku. Tanpa menyapaku lebih
dulu, Reza segera berlari mencari dokter untuk menyumbangkan darahnya yang
ternyata bergolongan sama dengan Aira. Darimana Reza tau dia memiliki golongan
darah yang sama dengan Aira sedangkan di telfon tadi aku belum sempat cerita
masalah golongan darah Aira , aku sedikit bingung tapi tidak terlalu
kuhiraukan. Aira berhasil diselamatkan...
“Rena dan teman-teman tolong jagain Aira dulu ya
selama om dan tante belum sampai Jakarta, kalo ada keperluan apa-apa ambil aja
dirumah ya” pinta ayah Aira melalui telfon
Ada beberapa keperluan Aira yang harus dipenuhi dan
aku menawarkan diri untuk mengambilnya dirumah Aira sedangkan aku meminta Manda
dan Stella tetap dirumah sakit untuk menjaga Aira. Sampai dirumah Aira aku
dipersilahkan oleh pembantunya untuk masuk ke kamar mengambil sendiri keperluan
Aira. Rapi , bersih dan nyaman. Itulah kesan pertama setiap orang yang masuk
kedalam ruangan yang cukup besar ini, Aira memang seorang yang manis, pendiam ,
rapi dan bersih. Setelah cukup lama berada didalam , mataku tertuju pada sebuah
buku diary berwarna pink dengan hiasan pita dibagian depannya. Cukup penasaran
apa yang biasa ditulis aira di dala diary karena aira lebih pendiam dibanding
kami bertiga akhirnya kubuka buku diary itu perlahan dan “AIRA
ANEDIN”
ditulis indah dihalaman paling depan diary itu. Setelah itu aku langsung
membuka bagian tengah buku dan menemukan isi tulisan yang cukup menarik karena
ditulis dengan tinta berwarna emas
Jujur
mungkin aku masih mencintainya
Jauh
dilubuk hatiku , aku merasa ia juga begitu
Aku tahu ia
pria baik bahkan yang paling baik dari semua yang pernah kukenal
Memang aku
pernah salah beberapa tahun yang lalu
dan
kesalahanku saat ini adalah karena aku tidak mengerti
Tidak
mengerti bagaimana cara memperbaikinya
Apa saat
ini ia sedang mencoba berpaling dan melupakan semuanya ?
Tapi
kumohon jangan dengan sahabatku...
Aku sedikit tertegun membacanya , bingung bahkan
tidak mengerti. Dilihat dari tanggal yang ada di bagian kanan atas halaman ,
tulisan itu dibuat tepat dua minggu yang lalu dan yang aku tahu Aira hanya
punya aku, manda dan stella sebagai sahabatnya. Itu artinya kata “sahabatku”
adalah salah satu diantara kami tapi siapa??? Akhirnya kubuka dari awal kembali
diary itu , hampir semuanya berisi tentang perasaan Aira yang belum pernah aku
dengar langsung darinya sampai akhirnya jantungku dibuat seakan-akan berhenti
berdetak ketika membaca satu nama yang ditulis dengan huruf kapital di salah
satu halaman “SYAHREZA PRADIKA”. Ya Tuhan... itu nama lengkap Reza , cowok yang
empat bulan terakhir ini jadi pacarku. Dengan tubuh gemetar aku paksakan diriku
untuk terus membacanya sampai habis, sampai akhirnya aku mengerti . Jadi Aira
menyimpan perasaan yang sangat dalam untuk Reza ? Apa benar ternyata Reza adalah
mantan pacar Aira ? Aira adalah cinta pertama Reza yang tidak akan pernah bisa
ia lupakan ? Jawabnya IYA . Reza dan Aira pernah memiliki hubungan selama empat
tahun dan mereka terpaksa putus karena Reza harus ikut pindah ke Palembang
bersama ibunya setelah berpisah dengan ayahnya. Aira memilih untuk lost contact
dengannya setelah tau reza memiliki pacar lagi di Palembang dan karena orangtua
aira yang saat itu tidak setuju aira pacaran karena aira masih terlalu muda
untuk mereka walaupun akhirnya Reza sempat berkali-kali memintanya kembali,
Aira selalu menolak dan akhirnya Reza menyerah tapi aku yakin hati Aira belum
bisa berpaling darinya sampai sekarang.
Hatiku terkoyak , tubuhku semakin gemetar dan
akhirnya air mata mengalir deras membasahi kedua sisi pipiku. Harusnya aku
sadar, harusnya aku bisa mengerti dari dulu. Manda dan Stella memang sering
menanyakan hubunganku dengan Reza tapi tidak dengan Aira karena dia sama sekali
tidak pernah membahas atau sekedar menanyakan hubunganku dengan Reza , kenapa
Reza ngga pernah mau bilang siapa nama cinta pertamanya itu, kenapa Aira begitu
shock waktu denger aku sudah pacaran dengan reza hingga sekarang dia ada
dirumah sakit dan bagaimana Reza bisa yakin golongan darahnya sama dengan Aira
tanpa harus aku kasih tau... Aku menyesal. Harusnya aku tau hal ini sebelum
hubungan ku dengan Reza semakin dekat jadi reza ngga perlu nembak aku dan aku
ngga perlu nerima dia sebagai pacarku sampai harus punya perasaan sekuat ini.
Tapi aku tidak sepenuhnya salah karena mereka terlalu pintar menyimpan segala
kenangan indah mereka berdua rapat-rapat dariku.
Aku sampai di kamar 211 Rumah Sakit Medika dengan
wajah pucat dan mata yang masih merah. Aku paksakan untuk mengangkat wajahku
dan melihat kearah Aira. Aira masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit ,
Reza disampingnya , perlahan melepaskan genggaman tangannya dari tangan Aira
begitu tau aku yang datang. Manda dan Stella duduk di sisi ranjang yang lain.
“Maaf ya aku lama , tadi aku bingung nyari baju
gantinya Aira dan dijalan macet” kataku memecah keheningan
“kamu kenapa ? kecapean ya? muka kamu pucat banget
ren” Reza lalu menghampiri lalu meraih tanganku yang masih berdiri di dekat
pintu masuk
“ah? eh mmm ngga kok , aku ngga apa-apa sama sekali
ngga sakit atau kecapean”
“iya tapi kenapa muka kamu pucat banget? mata kamu
juga merah , cerita dong kamu kenapa”
“aku.. aku.. aku udah tau semuanya za , aira kaya
gini gara-gara aku!!” jawabku dengan suara gemetar dan akhirnya mulai menangis(lagi)
“maksud kamu apa ren ? aira kaya gini karena
kecelakaan sama sekali ngga ada hubungannya sama kamu” reza mencoba
meyakinkanku
“apa ? kamu bilang ngga ada hubungannya sama aku?
seandainya aku ngga bilang kalo kita udah pacaran atau mungkin kalo kita ngga
pernah pacaran, aira ngga akan mungkin kaya gini .. tanpa kalian berdua bilang
, akhirnya aku tau sendiri za.”
“rena , kita mohon kamu bisa tenang dulu. kita ngga
bermaksud nyembunyiin ini semua dari kamu , tapi bagi aira masa lalunya sama
reza ngga perlu dibahas lagi karena cuma bikin dia makin sakit” sambung stella
“ternyata kamu tau ini udah lama stell dan sama
sekali ngga ada yang cerita ke aku ? oke aku butuh sendiri” jawabku lalu
membuka pintu dan menjauh dari ruangan itu
***
Dengan kebaya berwarna marun dan kain
warna senada , aku duduk di salah satu sudut rumah Aira yang sudah disulap bak
gedung mewah, begitu cantik dengan detail-detail berwarna merah hitam yang
sangat indah dan ornamen modern untuk acara hari ini. Sedangkan Manda dan Stella
ada di tempat yang tidak terlalu jauh dariku dengan Ivan dan Renzi, pasangan
mereka masing-masing. Tepat pukul 09.00 pagi , Reza dan keluarganya sampai di
rumah Aira dan dengan wajah cantik ditambah sentuhan make up yang membuatnya
semakin anggun, Aira keluar dari kamarnya untuk menyambut kedatangan reza dan
keluarganya. Ya, hari ini adalah hari pertunangan Aira dan Reza.
Mungkin memang sulit dipahami... Setelah kejadian
dua tahun yang lalu, aku sadar bahwa aku tidak akan pernah sanggup menyakiti
hati sahabatku sendiri walaupun aku harus merasakan sakit yang teramat sangat.
Akhirnya setelah aira keluar dari rumah sakit , aku mengajaknya untuk bertemu
dan dengan Reza serta kedua sahabatku yang lain. Disitulah aku tau kalau
ternyata sebenarnya Reza juga masih sayang Aira meskipun dia bilang juga
menyayangiku , aku berhasil meyakinkan reza bahwa aira lah yang lebih
membutuhkannya daripada aku. Sejak hari itu mereka memulai semuanya lagi dan hubungan
mereka pun semakin serius ketika kami semua sudah berhasil mendapatkan gelar
sarjana kami sampai akhirnya hari ini mereka resmi bertunangan. Sungguh aku
bahagia , senyum tidak pernah sekalipun beranjak dari bibirku ketika cincin
emas putih berhasil melingkar cantik di jari manis tangan kiri mereka.
Setelah sejam acara pertunangan berlangsung...
“akhirnya kamu datang juga” sapaku
“maaf ya aku telat , tadi pesawatnya delay 30 menit
jadi terpaksa deh telat dan ngga bisa liat acara intinya” jawabnya sambil
merangkulku
Dia adalah Nicko, cowok yang setahun belakangan ini jadi
pengganti Reza dihatiku. Senior dikampusku yang sekarang bekerja pada suatu
perusahaan asing di Surabaya. Keyakinanku dua tahun yang lalu ternyata benar ,
aku yakin tidak akan ada yang salah jika harus mengorbankan perasaanku sendiri
untuk orang-orang yang aku sayangi. Ya , untuk Reza , Aira serta
sahabat-sahabatku. Terbukti sekarang kami semua bahagia dengan pengorbanan
kecil yang pernah aku lakukan
Selesai acara, aku menarik ketiga sahabatku menuju
halaman belakang rumah Aira. Kuberikkan hadiahku untuk Aira di hari
pertunangannya ini. Sebuah lukisan indah dimana ada wajah Aira,Reza, aku, manda
dan Stella didalamnya. Dengan bahagia kupeluk mereka karena aku merasa mereka
sangat berarti lalu kubisikkan kepada mereka... “karena kalian aku merasa
berharga, karena kalian aku mampu terus belajar, karena kalian aku menangis dan
tertawa , dan karena kalian juga lah bahagiaku sempurna”.
~ Selesai ~
Penulis : Judhistira Anggraini Saraswati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar